"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang di olok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang di perolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubay, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS. Al-Hujurat : 11)
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat : 12)
Dua ayat saja di dalam surat Al-Hujurat yang menunjukkan makna yang dalam pada kehidupan manusia. Bagaimana manusia itu membangun masyarakat muslim? Bagaimana seseorang itu hidup diantara masyarakat muslim? Yang ditegakkan di atas landasan Mahabbah/kasih sayang. Yang di pertalikan di atas landasan Mawaddah/cinta kasih. Jika tidak, jika Harakah Islamiyah tidak mengikuti sistem ini, dan tidak menjadikannya sebagai manhaj (khususnya dua ayat itu) maka tidak akan terwujud suatu masyarakat muslim dan tidak akan terjaga wujud suatu Harakah Islamiyah, tidak akan sampai sasaran dan tujuannya di persada bumi untuk selamanya.
Sesungguhnya pertalian diantara orang muslim dengan muslim yang lain, tegak di atas landasan mahabbah. Maka dari itu, jika baitul muslim / rumah tangga muslim yang jumlahnya tidak lebih dari jumlah jari-jari tangan, jika Harakah Islamiyah yang jumlahnya tidak lebih dari seratusan personil, jika masyarakat muslim yang membentuk inti-inti kehidupan bagi seluruh alam, hendak berdiri tegak di atas fondasi yang kokoh dan mencapkan kemapanannya di muka bumi secara mendalam, maka mereka harus beriltizam pada dua ayat tersebut.
Jika keluarga muslim tidak memperhatikan dua ayat tersebut, maka keluarga tersebut akan berubah menjadi persekutuan ekonomi, bahkan terkadang tanpa mendapatkan bayaran. Semua menjalankan peranannya dengan berat hati karena kejemuan telah melanda dan kebosanan telah mematikan semangatnya. Dan semua berangan-angan untuk mendapatkan waktu yang tepat untuk melepaskan diri dari kehidupan yang menjemukan tersebut.
Demikian juga halnya, jika Harakah Islamiyah tidak memperhatikan dua ayat tersebut, mereka akan berubah menjadi perkumpulan ekonomi, yang tidak mempunyai modal serta tidak memberikan gaji kepada personelnya. Masing-masing personel menjalankan peran yang dibebankan di pundaknya dengan berat hati, dan ia merasa bahwa tanggung jawab yang terletak di pundaknya di bagaikan gunung. Dan merasa bahwa dakwah yang dia kerjakan, bagaikan pelepas nyawa yang akan membinasakan kehidupan serta mengancam kemapanannya.
Tidak mungkin bagi Harakah Islamiyah dan rumah tangga muslim senantiasa hidup dalam keadaan demikian dan terus menerus demikian, pasti para personelnya akan terlepas satu demi satu, para anggota akan tercerai berai, pertemuannya tercabik-cabik dan mereka akan hilang tiada bekas.
Wassalam,
Aris Krisna Munandar Husein
Dua ayat saja di dalam surat Al-Hujurat yang menunjukkan makna yang dalam pada kehidupan manusia. Bagaimana manusia itu membangun masyarakat muslim? Bagaimana seseorang itu hidup diantara masyarakat muslim? Yang ditegakkan di atas landasan Mahabbah/kasih sayang. Yang di pertalikan di atas landasan Mawaddah/cinta kasih. Jika tidak, jika Harakah Islamiyah tidak mengikuti sistem ini, dan tidak menjadikannya sebagai manhaj (khususnya dua ayat itu) maka tidak akan terwujud suatu masyarakat muslim dan tidak akan terjaga wujud suatu Harakah Islamiyah, tidak akan sampai sasaran dan tujuannya di persada bumi untuk selamanya.
Sesungguhnya pertalian diantara orang muslim dengan muslim yang lain, tegak di atas landasan mahabbah. Maka dari itu, jika baitul muslim / rumah tangga muslim yang jumlahnya tidak lebih dari jumlah jari-jari tangan, jika Harakah Islamiyah yang jumlahnya tidak lebih dari seratusan personil, jika masyarakat muslim yang membentuk inti-inti kehidupan bagi seluruh alam, hendak berdiri tegak di atas fondasi yang kokoh dan mencapkan kemapanannya di muka bumi secara mendalam, maka mereka harus beriltizam pada dua ayat tersebut.
Jika keluarga muslim tidak memperhatikan dua ayat tersebut, maka keluarga tersebut akan berubah menjadi persekutuan ekonomi, bahkan terkadang tanpa mendapatkan bayaran. Semua menjalankan peranannya dengan berat hati karena kejemuan telah melanda dan kebosanan telah mematikan semangatnya. Dan semua berangan-angan untuk mendapatkan waktu yang tepat untuk melepaskan diri dari kehidupan yang menjemukan tersebut.
Demikian juga halnya, jika Harakah Islamiyah tidak memperhatikan dua ayat tersebut, mereka akan berubah menjadi perkumpulan ekonomi, yang tidak mempunyai modal serta tidak memberikan gaji kepada personelnya. Masing-masing personel menjalankan peran yang dibebankan di pundaknya dengan berat hati, dan ia merasa bahwa tanggung jawab yang terletak di pundaknya di bagaikan gunung. Dan merasa bahwa dakwah yang dia kerjakan, bagaikan pelepas nyawa yang akan membinasakan kehidupan serta mengancam kemapanannya.
Tidak mungkin bagi Harakah Islamiyah dan rumah tangga muslim senantiasa hidup dalam keadaan demikian dan terus menerus demikian, pasti para personelnya akan terlepas satu demi satu, para anggota akan tercerai berai, pertemuannya tercabik-cabik dan mereka akan hilang tiada bekas.
Wassalam,
Aris Krisna Munandar Husein
0 komentar:
Posting Komentar