SLIDE GUE...

API DAN ASAP

Diposting oleh ARIS KRISNA MUNANDAR

Suatu ketika, ada sebuah kapal yang tenggelam diterjang badai. Semuanya porak poranda. Tak ada awak yang tersisa, kecuali satu orang yang berhasil mendapatkan pelampung. Namun, nasib baik belum berpihak pada pria ini.

Dia terdampar pada sebuah pulau kecil tak berpenghuni, sendiri, dan tak punya bekal makanan.

Dia terus berdoa pada Tuhan untuk menyelamatkan jiwanya. Setiap saat, dipandangnya ke penjuru cakrawala, mengharap ada kapal yang datang merapat. Sayang, pulau ini terlalu terpencil. Hampir tak ada kapal yang mau melewatinya.

Lama kemudian, pria ini pun lelah untuk berharap. Lalu, untuk Menghangatkan badan, ia membuat perapian, sambil mencari kayu dan pelepah nyiur untuk tempatnya beristirahat. Dibuatnya ruman-rumahan, sekedar tempat untuk melepas lelah. Disusunnya semua nyiur dengan cermat, agar bangunan itu kokoh dan dapat bertahan lama.

Keesokan harinya, pria malang ini mencari makanan. Dicarinya buah-buahan untuk penganjal perutnya yang lapar. Semua pelosok dijelajahi, hingga kemudian, ia kembali ke gubuknya. Namun, ia terkejut. Semuanya telah Hangus terbakar, rata dengan tanah, hampir tak bersisa. Gubuk itu terbakar, karena perapian yang lupa dipadamkannya. Asap membubung tinggi, dan hilanglah semua kerja kerasnya semalam. Pria ini berteriak marah,

"Ya Tuhan, mengapa Kau lakukan ini padaku. Mengapa?... Mengapa?". Teriaknya melengking menyesali nasib.

Tiba-tiba...terdengar peluit yang ditiup. Tuittt.....tuuitttt. Ternyata ada sebuah kapal yang datang. Kapal itu mendekati pantai, dan turunlah beberapa orang menghampiri pria yang sedang menangisi gubuknya ini. Pria ini kembali terkejut, ia lalu bertanya, "Bagaimana kalian bisa tahu kalau aku ada disini? Mereka menjawab, "Kami melihat simbol asapmu!!"

Teman, sangat mudah memang bagi kita, untuk marah saat musibah itu tiba.

Nestapa yang kita terima, tampak akan begitu berat, saat terjadi dan berulang-ulang. Kita memang bisa memilih untuk marah, mengumpat, dan terus mengeluh. Namun, teman, agaknya kita tak boleh kehilangan hati kita.

Sebab, Tuhan selalu ada pada hati kita, walau dalam keadaan yang paling berat sekalipun.

Dan teman, ingatlah, saat ada "asap dan api" yang membubung dan terbakar dalam hatimu, jangan kecil hati. Jangan sesali semua itu. Jangan hilangkan perasaan sabar dalam kalbumu. Sebab, bisa jadi, itu semua adalah sebagai tanda dan simbol bagi orang lain untuk datang padamu, dan mau menolongmu.

Sebab, untuk semua hal buruk yang kita pikirkan, akan selalu ada jawaban yang menyejukkan dari-Nya. Tuhan Maha Tahu yang terbaik buat kita.

Jangan hilangkan harapan itu.


Wassalam,

Aris Krisna Munandar Husein

BAHASA IBU, BAHASA KALBU

Diposting oleh ARIS KRISNA MUNANDAR

Tak ada satu patah pun terucap dari bibirnya, pun tak terdengar suaranya. Ia hanya memainkan sedikit matanya untuk membuat kami mundur teratur beberapa langkah dan urung masuk ke dalam rumah. Rupanya, ibu tengah menerima beberapa orang tamu dan nampak sedang serius. Saya sempat berpikir, bahwa tamu-tamu itu hanya orang biasa, bukan orang penting yang tidak bisa diganggu sekian detik oleh kehadiran anak-anak kecil yang baru pulang sekolah. Saya juga tidak berniat mengganggu mereka, hanya sekadar mencium punggung tangan ibu beberapa detik, kemudian meluncur ke kamar.


Tapi maksud ibu berbeda, siapapun tamunya, penting atau tidak penting kedatangannya dan dari manapun datangnya tetap harus dihormati. Jadilah saya, abang dan adik-adik menunggu cukup lama di depan rumah. Tak berani masuk, apalagi memanggil-manggil ibu. Empat puluh menit sudah, si bungsu bahkan sudah terlelap di pojok teras rumah, keringatnya membasahi baju seragamnya yang kotor. Akhirnya, para tamu pun pamit pulang. “Eeh, baru pulang sekolah ya?” tanya mereka. Belum sempat kami menjawab, “Iya, baru sampai tuh,” sergah ibu. Sekali lagi, menjaga hati para tamu agar tak tersinggung.

Tak selalu begitu memang. Tapi dalam beberapa kesempatan, ibu sering mengajarkan kepada kami tentang sopan santun dan tatakrama. Maklum, sebelum-sebelumnya kami sering membuat ibu malu di hadapan tamunya dengan segala polah yang tak terkontrol. Yang minta minumlah, minta dibukakan sepatu, atau ini yang bikin ibu tambah malu, “Bu, belum masak ya? Lapar nih...”

***

Hari ibu tiba. Ini hari yang paling ditunggu oleh kami, karena hari ini adalah jadwal acara memasak bersama, tanpa ibu. Kami akan membiarkan ibu duduk mendampingi kami yang berjibaku dengan kompor dan peralatan masak. Sesekali saya menangkap wajah khawatir ibu saat saya menyalakan kompor minyak. Meski sudah sering dan bisa dibilang mahir saya melakukan pekerjaan itu, tetap saja mata ibu tak lepas dari tangan kecil ini yang menyulutkan api ke sumbu kompor. Begitu api menyala, cerialah wajahnya. Begitu juga ketika si bungsu memotong-motong wortel dan kentang dengan pisau yang ukurannya lebih besar dari tangannya. Maklum, si kecil itu teramat sering terluka jarinya oleh benda tajam itu. Setiap irisan wortel, setiap kali itu pula nafas ibu tertahan. Urusan barang pecah belah, ini urusan “orang gede”. Mulai dari mengambil dari rak piring, menatanya di meja makan, sampai mencucinya setelah pesta usai. Untuk satu hal ini, ibu harus merelakan beberapa benda kesayangannya benar-benar menjadi benda pecah-belah alias benar-benar pecah.

Hidangan pun tersaji, waktunya makan. Karena hari ibu, ibulah yang mendapat kehormatan sebagai orang pertama yang mencicipi masakan kami. Srrup... sesendok kuah sayur sup olahan kami pun diseruput ibu, dan... matanya menyeripit, bibirnya seperti menahan sesuatu, perlahan tenggorokannya terlihat seolah tak rela membiarkan kuah yang ada di lidahnya masuk ke perut. Seketika, lima wajah kami pun serempak mengerut, “Kenapa?”

“Sup ini... sup paling nikmat yang pernah ibu rasakan,” wajahnya kembali tenang dan ia pun mempersilahkan kami menikmati makan bersama hari itu. Namun sebelumnya, ibu mengajukan saran, “Sup ini sudah nikmat, tapi menurut ibu, kalau mau lebih nikmat airnya perlu ditambah, ya.” Tangan terampil ibu pun mengolah kembali sup tersebut dengan menambah bumbu lainnya. Sepuluh menit berikutnya, barulah pesta sebenarnya dimulai. Sungguh, kami tak tahu apa yang terasa dilidah ibu dengan sup hasil olahan kami.

***

Suatu pagi, ibu mengaku kehilangan sejumlah uang belanjanya. Dikumpulkanlah lima anaknya untuk ditanya satu persatu. Meski ada orang lain selain kami, ibu tetap menganggap perlu untuk mengumpulkan anak-anaknya terlebih dulu. “Ibu menuduh kami?” tanya saya tergagap. “Bukan. Ibu hanya memberi tahu bahwa kita tidak masak hari ini, karena uang belanja ibu tidak ada,” ujar ibu lembut.

Kami pun berangkat sekolah dengan perasaan berat dan saling curiga, siapa yang tega mengambil uang ibu. Tidak sampai di situ, kami pun terbayang siang ini akan dilewati dengan perut lapar. Pulang sekolah, jangan harap ada makanan tersaji di meja makan. Saya sempat berpikir, akan saya pukul orang yang mengambil uang ibu. Karena dia akan menyebabkan semuanya kelaparan.

Kembali dari sekolah, aroma semur tahu kesukaan saya sudah tercium dari pagar depan rumah. Saya berlari ke dapur dan mendapati ibu sedang memasak. “Kok ibu masak? Uangnya sudah ketemu? Siapa yang mengambilnya?” Pertanyaan beruntun saya dijawab ibu dengan senyum. “Siapapun dia, yang jelas dia sudah mengerti kepentingan keluarga lebih utama dari kepentingan sendiri,” jelas ibu. Saya tahu, ibu tak akan memberi tahu siapa orang dimaksud, karena ibu tak ingin kami membencinya. Apalagi memukulnya, seperti niat saya sebelumnya.

***

Ibu, rindu rasanya saya pada masa-masa indah seperti dulu. Semoga masih selalu ada waktu untuk kita mencipta terminal kenangan yang tak kalah indahnya dengan masa lalu. Sungguh, kadang ibu memang cerewet, tapi saya tahu semua itu adalah bahasa kalbu ibu yang selalu menyejukkan hati.

Wassalam,

Aris Krisna Munandar Husein

PURNAMAKU...

Diposting oleh ARIS KRISNA MUNANDAR

Siapa sangka malam ini purnama menampakkan dirinya. Aku sendiri terheran-heran ketika menatap senyumnya. Kok bisa ya...? Begitu batinku bertanya. Meski tidak utuh, namun putih warnanya menghiasi malam menemani sang bintang.

Dan bahagia yang kurasa begitu lengkap dengan hadirnya purnama malam ini. Meski masih belum ku temukan jawaban atas hilangnya purnama malam yang lalu, namun ada kelegaan saat senyumnya tiba-tiba menyapaku saat aku melintas di bawah naungan langit cerah malam ini.

Hmm...Rasanya seperti apa,ya? Biasa saja, bagiku. Namun aku masih menyimpan tanya tentang kekuranganku akan sesuatu yang diberi nama ”intuisi”. Begitu banyak perilakunya yang mungkin bagi orang lain punya maksud tersendiri. Entah apa maknanya dan bentuknya, aku tak tahu. Sulit rasanya untuk mengasah ketajaman menangkap maksud dari sesuatu ”itu” saat ini. Dalam beberapa hari ini, sudah beberapa orang yang mengharuskan aku untuk mengasah yang namanya ”intuisi”. Sekali lagi : ”Instuisi”.

Argh..!!!Tetap saja aku tak mengerti dan tak tahu harus berbuat apa. Dan tiba-tiba, rasa takut menjalari setiap sendi tulangku. Aku takut, dengan kelemahanku itu, ada yang merasa tersakiti, tersia-siakan perngorbanan dan perhatiannya. Namun lagi-lagi, karena kelumpuhanku dalam hal ”intuisi” itu, aku merasa aku telah berpikir terlalu jauh. Bahasa kerennya sih, sensitif atawa gede rasa alias Ge-eR. Nah lo....Aku jadi serba salah. Harus berbuat apa dan bagaimana.

Bingung. Takut. Gelisah. Memenuhi pikiranku malam ini. Langkah terbaik apa yang harus aku lakukan untuk mengantisipasi agar kami sama-sama mendapatkan yang terbaik sekaligus tak merasakan sakit di kemudian hari.

Tuhan...bawa aku menuju jalan petunjuk-Mu. Dan purnama, terangi malam-malamku dengan sinar lembutmu. Agar tentram hatiku, hatinya dan hati setiap insan yang mengharap bahagia.


Wassalam,

Aris Krisna Munandar Husein

DINDA..

Diposting oleh ARIS KRISNA MUNANDAR

Hidup adalah pilihan

Ketika kita ingin meraih sebuah prestasi

Maka kita harus berani bertarung dengan waktu

Karena tuntutan aktivitas menuju tangga kesuksesan

Jauh labih banyak dari pada waktu itu sendiri

Maka dari itu . . .

Jangan sia – siakan kesempatan ini

Karena setiap fajar merekah

maka ia akan menyerukan pada manusia

” wahai cucu Adam aku adalah hari baru

mamfaatkanlah aku

karena aku tidak akan kembali lagi

hingga hari kamat ”.


Dinda .

Mari dindaku . . . duduk disini.. . . .

Hela nafas panjangmu, diam dan nikmatilah

Saat – saat kita melewati detik – detik penantian . . .

Hanyutkan rasa dan pikiran kita untuk manerima hari esok . . .

Ini adalah masa – masa kita melakukan pemanasan

Untuk berlomba memperoleh karuniaNya . . .

Dinda . . .

Ingatlah bagaimana langkah demi langkah perjalanan usia kita . . .

Renungi tahap demi tahap waktu hidup yang telah kita lewati.. . .

Sebuah masa yang tak terbayarkan oleh usia kita sendiri. . . .

Dinda . . .

Bukalah cakrawala dengan banyak bergaul

Karena pergaulan yang luas tidak hanya memberikan banyak teman

Tetapi juga memberikan banyak peluang . . .

Dinda . . .

Selama kita masih berpijak diatas muka bumi ini

dan menghirup udaranya,

Maka selama itu pula ujian dan cobaan akan selalu menyertai kita . . .

Ujian dan cobaan itu selalu ada

Agar setiap kita bisa manyikapinya dengan sikap arif dan bijaksana

Sehingga setelah ujian dan cobaan berlalu

maka akan lahirlah orang – orang shaleh, tabah, sabar,

dan mempunyai kekuatan iman.

Karena kesulitan yang datang menerpa

Bukanlah sesuatu yang tanpa akhir dan tanpa penyelesaian,

Sebab diujung sana pasti ada kemudahan yang akan mengakhirinya . . . .

Dinda . . . .

Renungkanlah . . . . ”Lepaskanlah semua rasa susah dan sedih yang

menyesakkan dada

Jauhkanlah rasa lemah dan mulailah melakukan sesuatu

Yang dapat mendatangkan hasil ”

Wassalam,

Aris Krisna Munandar Husein

DUA AYAT SAJA

Diposting oleh ARIS KRISNA MUNANDAR

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang di olok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang di perolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubay, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS. Al-Hujurat : 11)
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat : 12)

Dua ayat saja di dalam surat Al-Hujurat yang menunjukkan makna yang dalam pada kehidupan manusia. Bagaimana manusia itu membangun masyarakat muslim? Bagaimana seseorang itu hidup diantara masyarakat muslim? Yang ditegakkan di atas landasan Mahabbah/kasih sayang. Yang di pertalikan di atas landasan Mawaddah/cinta kasih. Jika tidak, jika Harakah Islamiyah tidak mengikuti sistem ini, dan tidak menjadikannya sebagai manhaj (khususnya dua ayat itu) maka tidak akan terwujud suatu masyarakat muslim dan tidak akan terjaga wujud suatu Harakah Islamiyah, tidak akan sampai sasaran dan tujuannya di persada bumi untuk selamanya.

Sesungguhnya pertalian diantara orang muslim dengan muslim yang lain, tegak di atas landasan mahabbah. Maka dari itu, jika baitul muslim / rumah tangga muslim yang jumlahnya tidak lebih dari jumlah jari-jari tangan, jika Harakah Islamiyah yang jumlahnya tidak lebih dari seratusan personil, jika masyarakat muslim yang membentuk inti-inti kehidupan bagi seluruh alam, hendak berdiri tegak di atas fondasi yang kokoh dan mencapkan kemapanannya di muka bumi secara mendalam, maka mereka harus beriltizam pada dua ayat tersebut.

Jika keluarga muslim tidak memperhatikan dua ayat tersebut, maka keluarga tersebut akan berubah menjadi persekutuan ekonomi, bahkan terkadang tanpa mendapatkan bayaran. Semua menjalankan peranannya dengan berat hati karena kejemuan telah melanda dan kebosanan telah mematikan semangatnya. Dan semua berangan-angan untuk mendapatkan waktu yang tepat untuk melepaskan diri dari kehidupan yang menjemukan tersebut.

Demikian juga halnya, jika Harakah Islamiyah tidak memperhatikan dua ayat tersebut, mereka akan berubah menjadi perkumpulan ekonomi, yang tidak mempunyai modal serta tidak memberikan gaji kepada personelnya. Masing-masing personel menjalankan peran yang dibebankan di pundaknya dengan berat hati, dan ia merasa bahwa tanggung jawab yang terletak di pundaknya di bagaikan gunung. Dan merasa bahwa dakwah yang dia kerjakan, bagaikan pelepas nyawa yang akan membinasakan kehidupan serta mengancam kemapanannya.

Tidak mungkin bagi Harakah Islamiyah dan rumah tangga muslim senantiasa hidup dalam keadaan demikian dan terus menerus demikian, pasti para personelnya akan terlepas satu demi satu, para anggota akan tercerai berai, pertemuannya tercabik-cabik dan mereka akan hilang tiada bekas.

Wassalam,

Aris Krisna Munandar Husein

CINTA SEKOTAK KURMA

Diposting oleh ARIS KRISNA MUNANDAR

Sahabat itu mabit dan i'tikaf bersamaku di sebuah masjid di kota Tokyo. Ba'da sholat shubuh kami siap bergegas meninggalkan masjid. Dalam duduk-duduk sejenak menjelang pergi sahabat itu menunjukkan sebuah kotak berisi kurma. "Hmm, nampaknya kurma yang lezat," ujarku singkat. Dia hanya tersenyum mendengar ucapku itu. Ramadan saat itu tentu mencegah kami mencicipi kurma Rata Penuhyang tersimpan rapi dalam kotak itu. "Pemberian saudara yang duduk di sana," katanya singkat sambil menunjuk seorang sahabat lain yang masih tilawah (seingatku). Sahabat itu berjalan bersamaku dan beberapa sahabat yang lain menuju sebuah tempat di mana kami saling belajar dan saling menasihati. Kami membaca Qur'an bersama, saling menanyakan keadaan iman kami, aktifitas kami berda'wah, aktifitas kami bekerja dan belajar, dan tentang keadaan keluarga kami. Inilah usaha kecil kami untuk memelihara persaudaraan dalam melangkah. Di penghujung pertemuan kami saling mendoakan untuk kebaikan kami, umat Islam dan umat manusia seluruhnya. Setengah jam menjelang Magrib saat itu. Sahabat itu masih berjalan bersamaku menuju stasiun. Kami masih sempat bersama-sama membeli onigiri, kacang-kacangan dan air minum. "Untuk ta'jil dan buka alakadar-nya," kataku. Ia mengangguk. Dan seperti biasanya, ia selalu gesit. Ia lekas mencari makanan yang ia hendak beli. Aku lupa apakah ia membeli telur rebus di kombini saat itu. "Telur rebus di kombini ini unik dan lezat rasanya. Ada rasa asin yang sangat pas di lidah," ujarku seperti berpromosi. Tapi ... aku lupa apakah ia membeli telur rebus saat itu. Sahabat itu berpisah di stasiun sana. Arah keretanya berlawanan dengan arah keretaku. Aku berjalan menuju peron kereta tujuanku. Rasanya ada yang aneh dengan tasku. Aku sudah merasakannya sejak tadi, tapi sejak berpisah dengan sahabat-sahabatku dan sendirian berjalan di tangga menuju peron, aku benar-benar merasa ada yang aneh dengan tasku. Aku membawa mushaf Qur'an, beberapa buku, beberapa artikel ilmiah. Tapi ... rasanya tasku tak seberat ini sebelumnya, batinku. Suara pengumuman eki-in bahwa kereta itu tiba membuyarkan rasa heranku dengan tasku yang agak memberat. Aku duduk dalam kereta itu. Dan ... hey, tasku bukan hanya memberat tapi menjadi lebih gendut. Ya, tas kecilku menjadi lebih gendut dan sesak. Penasaran aku buka tas itu. Ya ampun, ada sebuah kotak yang asing di dalamnya dan segera aku mengenali kotak itu. Kotak kurma! "Wahai saudaraku, apa yang kamu lakukan? Kenapa kotak itu ada di dalam tasku?" ketikku pada ponsel kecilku, ku-klik send, dan c-mail itu melayang bersama animasi lembar-lembar amplop yang terbang di layar kecil ponsel. Aku tak bisa berbicara langsung, sebab sahabatku tentu sedang di kereta. Perjalanan yang ia tempuh ke rumahnya lebih jauh daripada yang harus kutempuh. (Kurang sopan berbicara di telepon selama di dalam kereta, setidaknya begitulah di Jepang. Karenanya ber-c-mail lebih banyak dilakukan). Lima belas menit berselang. Ponselku bergetar. "He he he, sepertinya engkau suka kurma, saudaraku. Uhibbukum filLaahi." Itu tulisan pesan sahabat itu. Ceria seperti saat ia berbicara, itu kesanku saat membaca pesan singkatnya. "Semestinya kamulah yang lebih memerlukan kurma untuk berbuka di kereta atau menemani berbukamu di hari-hari yang lain!" Kalimat ini hanya aku bisikkan dalam hati ketika membaca pesannya. Ada haru yang teramat di dalam dadaku. Pada kotak kurma itu ada pesan cinta yang sungguh hangat dan dalam. Ada persaudaraan yang mendahulukan orang lain di atas dirinya. (Meskipun tak terlalu indah, tapi kuniatkan tulisan ini secara khusus buat sahabatku; satu di antara sekian banyak kenangan indah yang pernah terukir di lubuk hati.)


Wassalam,
Aris Krisna Munandar Husein

BERTENGKAR ITU INDAH

Diposting oleh ARIS KRISNA MUNANDAR

Bertengkar adalah fenomena yang sulit dihindari dalam kehidupan berumah tangga. Kalau seseorang berkata, "Saya tidak pernah bertengkar dengan isteri saya!" kemungkinannya dua, boleh jadi dia belum beristri, dan atau ia tengah berdusta. Yang jelas kita perlu menikmati saat-saat bertengkar itu, sebagaimana lebih menikmati lagi saat-saat tidak bertengkar. Bertengkar itu sebenarnya sebuah keadaan diskusi, hanya saja diantarkan dalam muatan emosi.

Kalau tahu etikanya, dalam bertengkar pun kita bisa mereguk hikmah. Betapa tidak, justru dalam pertengkaran, setiap kata yang terucap mengandung muatan perasaan yang sangat dalam, yang mencuat dengan desakan energi yang tinggi, pesan-pesannya terasa kental, lebih mudah dicerna ketimbang basa basi tanpa emosi.

Ketika akan menikah, cobalah untuk memikirkan dan merancang masa depan kehidupan berumah tangga. Satu hal yang jangan sampai terlupa adalah, merumuskan apa yang harus dilakukan jika bertengkar. Beberapa poin di bawah ini barangkali bisa menjadi "ikatan pengertian" di saat bertengkar.

Kalau bertengkar tidak boleh berjamaah. Cukup seorang saja yang marah marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampai yang satu reda. Untuk urusan marah pantang berjamaah. Seorangpun sudah cukup membuat rumah jadi meriah. Ketika Anda marah dan dia mau menyela, segera Anda katakan, "STOP! ini giliran saya!"

Begitupun jika giliran dia yang marah, jangan ikut ambil bagian. Katakan dalam hati, "Guh kekasih, bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega, maka divpadang kelegaan perasaanmu itu aku menunggu...."

Marahlah untuk persoalan itu saja, jangan ungkit yang telah usang. Siapa pun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok, sebab masa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa ia ubah. Siapa pun tidak akan suka dinilai dengan masa lalunya. Sebab harapan terbentang mulai hari ini hingga ke depan. Dalam bertengkar pun kita perlu menjaga harapan dan bukan menghancurkannya. Sebab pertengkaran di antara orang yang masih mempunyai harapan, hanyalah sebuah foreplay, sedang Pertengkaran dua hati yang patah asa, menghancurkan peradaban cinta yang telah sedemikian mahal dibangun.

Kalau saya terlambat pulang dan ia marah, maka kemarahan atas keterlambatan itu sekeras apa pun kecamannya, adalah "ungkapan rindu yang keras". Tapi bila itu dikaitkan dengan seluruh keterlambatan saya, minggu lalu, awal bulan kemarin dan dua bulan lalu, maka itu membuat saya terpuruk jatuh.

Bila teh yang disajinya tidak manis, sepedas apa pun saya marah, maka itu adalah "harapan ingin disayangi lebih tinggi". Tapi kalau itu dihubungkan dengan kesalahannya kemarin dan tiga hari lewat, plus tuduhan "Sudah tidak suka lagi ya dengan saya," maka saya telah menjepitnya dengan hari yang telah pergi, saya menguburnya di masa lalu, ups! saya telah membunuhnya, membunuh cintanya.

Padahal kalau cintanya mati, siapa yang sudah?

Kalau marah jangan bawa-bawa keluarga! Saya dengan isteri saya terikat baru beberapa waktu, tapi saya dengan ibu dan bapak saya hampir berkali lipat lebih panjang dari itu, demikian juga ia dan kakak serta pamannya. Dan konsep Quran, seseorang itu tidak menanggung kesalahan fihak lain (QS.53:38-40).

Saya tidak akan terpancing marah bila cuma saya yang dia marahi. Tapi kalau ibu saya diajak serta, jangan coba-coba. Begitupun dia, semenjak saya menikahinya, saya telah belajar mengabaikan siapa pun di dunia ini selain dia, karenanya mengapa harus bawa bawa barang lain ke kancah "awal cinta yang panas ini".

Kata ayah saya, "Teman seribu masih kurang, musuh satu terlalu banyak." Memarahi orang yang mencintai saya, lebih mudah dicari maafnya dari pada ngambek pada yang tidak mengenal hati dan diri saya..." Dunia sudah diambang pertempuran, tidak usah ditambah tambah dengan memusuhi mertua!


Kalau marah jangan di depan anak anak! Anak kita adalah buah cinta kasih, bukan buah kemarahan dan kebencian. Dia tidak lahir lewat pertengkaran kita. Karena itu, mengapa mereka harus menonton komedi liar rumah kita. Anak yang melihat orang tua nya bertengkar, bingung harus memihak siapa. Membela ayah, bagaimana ibunya? Membela ibu, tapi itu kan bapak saya.

Misal, ketika anak mendengar ayah-ibunya bertengkar:

Ibu : "Saya ini capek, saya bersihkan rumah, saya masak, dan kamu datang main suruh begitu, memang saya ini babu?!"

Bapak : "Saya juga capek, kerja seharian, kamu minta ini dan itu dan aku harus mencari lebih banyak untuk itu. Saya datang hormatmu tak ada, memang saya ini kuda?!" *

Anak : "Yaaa ... Ibu saya babu, Bapak saya kuda ....terus saya ini apa?"

Kita harus berani berkata : "Hentikan pertengkaran!" ketika anak datang, lihat mata mereka, dalam binarannya ada rindu dan kebersamaan. Pada tawanya ada jejak kerjasama kita yang romantis, haruskah ia mendengar kata bahasa hati kita?


Kalau marah jangan lebih dari satu waktu shalat! Pada setiap tahiyyat kita berkata, "Assalaa-mu 'alaynaa wa 'alaa'ibaadilahissholiihiin," Ya Allah damai atas kami, demikian juga atas hamba hambamu yg sholeh.


Nah andai setelah salam kita cemberut lagi, setelah salam kita tatap isteri kita dengan amarah, maka kita telah mendustai-Nya, padahal nyawamu di tangan-Nya.


OK, marahlah sepuasnya kala senja, tapi habis Maghrib harus terbukti lho itu janji dengan Ilahi. Marahlah habis Subuh, tapi jangan lewat waktu Zuhur, Atau maghrib sebatas Isya... Atau habis Isya sebatas..? Nnngg... Ah kayaknya kita sepakat kalau habis Isya sebaiknya memang tidak bertengkar...


Tapi yang jelas memang begitu, selama ada cinta, bertengkar hanyalah "proses belajar untuk mencintai lebih intens" ternyata ada yang masih setia dengan kita walau telah kita maki-maki.


Wassalam,
Aris Krisna Munandar Husein

KAU DAN AKU

Diposting oleh ARIS KRISNA MUNANDAR

Nikmati waktu selagi kita duduk di punjung, Kau dan Aku;

Dalam dua bentuk dan dua wajah -- dengan satu jiwa,

Kau dan Aku.

Warna-warni taman dan nyanyian burung memberi obat keabadian

Seketika kita menuju ke kebun buah-buahan, Kau dan Aku.

Bintang-bintang Surga keluar memandang kita --

Kita akan menunjukkan Bulan pada mereka, Kau dan Aku.

Kau dan Aku, dengan tiada 'Kau' atau 'Aku',

akan menjadi satu melalui rasa kita;

Bahagia, aman dari omong-kosong, Kau dan Aku.

Burung nuri yang ceria dari surga akan iri pada kita --

Ketika kita akan tertawa sedemikian rupa; Kau dan Aku.

Ini aneh, bahwa Kau dan Aku, di sudut sini ...

Keduanya dalam satu nafas di Iraq, dan di Khurasan --

Kau dan Aku.


(Jalaluddin Rummi)

AKU ADALAH KEHIDUPAN KEKASIHKU..!!!!!!

Diposting oleh ARIS KRISNA MUNANDAR

Apa yang dapat aku lakukan, wahai ummat Muslim?

Aku tidak mengetahui diriku sendiri.

Aku bukan Kristen, bukan Yahudi,

bukan Majusi, bukan Islam.

Bukan dari Timur, maupun Barat.

Bukan dari darat, maupun laut.

Bukan dari Sumber Alam,

bukan dari surga yang berputar,

Bukan dari bumi, air, udara, maupun api;

Bukan dari singgasana, penjara, eksistensi, maupun makhluk;

Bukan dari India, Cina, Bulgaria, Saqseen;

Bukan dari kerajaan Iraq, maupun Khurasan;

Bukan dari dunia kini atau akan datang:

surga atau neraka;

Bukan dari Adam, Hawa,

taman Surgawi atau Firdaus;

Tempatku tidak bertempat,

jejakku tidak berjejak.

Baik raga maupun jiwaku: semuanya

adalah kehidupan Kekasihku ...

(Jalaluddin Rumi)

DOA SEORANG WANITA UNTUK LELAKI PUJAANNYA..!!!

Diposting oleh ARIS KRISNA MUNANDAR

Aku berdoa untuk seorang pria, yang akan menjadi bagian dari hidupku

Seorang pria yang sungguh mencintai-Mu Ya Allah lebih dari segala sesuatu.

Seorang pria yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau
seorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk-Mu Ya Allah

Seorang pria yang mempunyai hati sungguh mencintai dan haus akan Engkau
dan memiliki keinginan untuk mentauladani sifat-sifat Agung-Mu Ya Allah

Seorang pria yang mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup, sehingga hidupnya tidaklah sia-sia
seorang pria yang mempunyai hati yang bijak bukan hanya sekedar otak yang cerdas.

Seorang pria yang tidak hanya mencintaiku tetapi juga menghormatiku
seorang pria yang tidak hanya memujaku tetapi dapat juga menasehati ketika aku berbuat salah
seorang pria yang mencintaiku bukan karena kecantikanku tetapi karena hatiku.

Seorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam tiap waktu dan situasi
seorang pria yang dapat membuatku merasa sebagai seorang wanita ketika di sebelahnya.

Seorang pria yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya
seorang pria yang membutuhkan do'aku untuk kehidupannya
seorang pria yang membutuhkan senyumanku untuk mengatasi kesedihannya
seorang pria yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna.

Dan aku juga meminta .

Buatlah aku menjadi seorang perempuan yang dapat membuat seorang pria itu bangga
berikan aku sebuah hati yang sungguh mencintai-Mu Ya Allah, sehingga aku dapat mencintainya
dengan cinta-Mu Ya Allah, bukan mencintainya dengan sekedar cintaku

Berikanlah sifat-Mu Ya Allah yang lembut sehingga kecantikanku datang dari-Mu Ya Allah bukan dari luar diriku
Berikan aku tangan-Mu Ya Allah sehingga aku selalu berdoa untuknya.

Berikanlah aku penglihatan-Mu Ya Allah sehingga aku dapat melihat
banyak hal baik dalam dirinya dan bukan hal buruk saja
Berikanlah aku mulut-Mu Ya Allah yang penuh dengan kata-kata kebijaksanaan-Mu Ya Allah dan pemberi semangat,
sehingga aku dapat mendukungnya setiap hari, dan aku dapat tersenyum padanya setiap pagi.

Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu, aku berharap kami berdua dapat mengatakan
"Betapa besarnya Engkau Ya Allah karena telah memberikan kepadaku
seorang yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna".

Aku mengetahui bahwa Engkau menginginkan kami bertemu pada waktu yang tepat
dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang Kau tentukan.

Amien. Senyum manis


Wassalam,
Aris Krisna Munandar Husein

MENCARI CINTA....

Diposting oleh ARIS KRISNA MUNANDAR

Mencari cinta Ilahi
Tidak semudah mencari cinta insani…
C.I.N.T.A…
Cinta itu Cita-cita
cInta itu sebuah Impian
ciNta itu didasari kukuh oleh Nawaitu
cinTa itu pasti ada kerana ia Tabii
Malah cintA itu suci murni dari Azali hingga Abadi

Cinta insani...
Ada getar rasa di hatimu
Bisa menggegarkan jiwa sukma
Siang teringat, malam terbayang
Rasa rindu dendam mendesah dada tiada keruan
Kalau tidak percaya..
Tanyalah pada siapa yang pernah jatuh cinta

Tetapi ketahuilah wahai insani
Cinta Ilahi..
Pasti getar rasa di hatimu
Lebih menggegarkan jiwa rasa
Bisa meng’gila’kan sanubari insani
Kalau tidak percaya..
Tanyalah pada siapa yang telah men’sanding’kan nafi dan ithbat
Betapa sesungguhnya La ilaha illalLah!

Cinta insani..
Kecantikan dan ketampanan dipuji dipuja
Kancah krisis dan nista ‘pura-pura’ dilupa
Terasa manis kehidupan dikhatkan bak xilografi
Semua nampak indah
Segalanya rasa bahagia

Tetapi ketahuilah wahai insani
Cinta Ilahi..
Andai ianya telah jadi pegangan
Menyebabkan mahsyuk penuh syahdu
Jiwa raga meruntun-meronta dalam nikmat
Semua pasti indah
Segalanya tuntas bahagia!

Cinta insani..
Alhamdulillah andai cinta ini membawa cinta Ilahi
Cinta duniawi yang membawa hasanah ukhrawi
Namun kadangnya ia goyah dan tiada abadi
Hingga menuntun ke arah kejalangan tiada terperi
Lebih malang andai menyesatkan menderhakai Ilahi

Tetapi ketahuilah wahai insani
Cinta Ilahi..
Rahsia demi rahsia langit pasti tersingkap
Sayup terasa udarakasa iman syaksiah hamba
Lantas warid pada sabil Sunnah Junjungan
Jua tiada terlembur pada faharasat Kitab ‘Amalan
Hingga akhirnya menyemarak naungan Syurgawi.

Cinta insani..
Kita pernah mendengar:
"30 hari mencari cinta"
Tetapi ketahuilah wahai insani
Cinta Ilahi..
Yang ada di mana-mana di sanubarimu
Menuntut seusia hayatmu dalam mencariNya

Justeru..
Wahai insani dan diriku sendiri
Kata-kata tidak diperlukan untuk mendengar suara hati
Maka berkorbanlah segalanya demi cinta ini
Agar tiada penyesalan di Akhirat sana!


Wassalam,
Aris Krisna Munandar Husein

CINTA LAKI-LAKI BIASA

Diposting oleh ARIS KRISNA MUNANDAR

Menjelang hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia au menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang, hari-hari yang dilalui, gadis cantik itu sadar, keheranan yang terjadi bukan semata miliknya, melainkan menjadi milik banyak orang; Papa dan Mama, kakak-kakak, tetangga, dan teman-teman Nania. Mereka ternyata sama
herannya. Kenapa? Tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan.

Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati hari-hari sidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi. Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu.

Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon limabelas watt. Hatinya sibuk merangkai kata-kata yg barangkali beterbangan di otak melebihi kapasitas. Mulut Nania terbuka. Semua menunggu. Tapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Ia hanya menarik nafas, mencoba bicara dan? menyadari, dia tak punya kata-kata!

Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban, alasan detil dan spesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian di kampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara mendadak gagap. Yang pertama terjadi tiga bulan lalu saat Nania menyampaikan keinginan Rafli untuk melamarnya. Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat karena semua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga, sebab kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga membawa serta buntut mereka.

Kamu pasti bercanda!

Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua, disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa dan Mama membuat Nania menyimpulkan: mereka serius ketika mengira Nania bercanda.

Suasana sekonyong-konyong hening. Bahkan keponakan-keponakan Nania yang balita melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong. Semua menatap Nania!

Nania serius! tegasnya sambil menebak-nebak, apa lucunya jika Rafli memang melamarnya.

Tidak ada yang lucu, suara Papa tegas, Papa hanya tidak mengira Rafli berani melamar anak Papa yang paling cantik!

Nania tersenyum. Sedikit lega karena kalimat Papa barusan adalah pertanda baik. Perkiraan Nania tidak sepenuhnya benar sebab setelah itu berpasang-pasang mata kembali menghujaninya, seperti tatapan mata penuh selidik seisi ruang pengadilan pada tertuduh yang duduk layaknya pesakitan.

Tapi Nania tidak serius dengan Rafli, kan? Mama mengambil inisiatif bicara, masih seperti biasa dengan nada penuh wibawa, maksud Mama siapa saja boleh datang melamar siapapun, tapi jawabannya tidak harus iya, toh?
Nania terkesima.

Kenapa?

Sebab kamu gadis Papa yang paling cantik.

Sebab kamu paling berprestasi dibandingkan kami. Mulai dari ajang busana, sampai lomba beladiri. Kamu juga juara debat bahasa Inggris, juara baca puisi seprovinsi. Suaramu bagus!

Sebab masa depanmu cerah. Sebentar lagi kamu meraih gelar insinyur. Bakatmu yang lain pun luar biasa. Nania sayang, kamu bisa mendapatkan laki-laki manapun yang kamu mau!

Nania memandangi mereka, orang-orang yang amat dia kasihi, Papa, kakak-kakak, dan terakhir Mama. Takjub dengan rentetan panjang uraian mereka atau satu kata 'kenapa' yang barusan Nania lontarkan.

Nania Cuma mau Rafli, sahutnya pendek dengan airmata mengambang di kelopak.

Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka, melainkan sangat tidak menyukai Rafli. Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat. Parah.

Tapi kenapa?

Sebab Rafli cuma laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yg amat sangat biasa.

Bergantian tiga saudara tua Nania mencoba membuka matanya.

Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Nania!

Cukup!

Nania menjadi marah. Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadi parameter kebaikan seseorang menjadi manusia. Di mana iman, di mana tawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan melihat pencapaiannya hari ini?

Sayangnya Nania lagi-lagi gagal membuka mulut dan membela Rafli. Barangkali karena Nania memang tidak tahu bagaimana harus membelanya. Gadis itu tak punya fakta dan data konkret yang bisa membuat Rafli tampak 'luar biasa'. Nania Cuma punya idealisme berdasarkan perasaan yang telah menuntun Nania menapaki hidup hingga umur duapuluh tiga. Dan nalurinya
menerima Rafli. Di sampingnya Nania bahagia.
Mereka akhirnya menikah.

***

Setahun pernikahan.

Orang-orang masih sering menanyakan hal itu, masih sering berbisik-bisik di belakang Nania, apa sebenarnya yang dia lihat dari Rafli. Jeleknya, Nania masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan-kelebihan Rafli agar tampak di mata mereka.

Nania hanya merasakan cinta begitu besar dari Rafli, begitu besar hingga Nania bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata, atau cara dia meladeni Nania. Hal-hal sederhana yang membuat perempuan itu sangat bahagia.

Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta Rafli pada Nania.

Nada suara Nania tegas, mantap, tanpa keraguan.

Ketiga saudara Nania hanya memandang lekat, mata mereka terlihat tak percaya.

Nia, siapapun akan mudah mencintai gadis secantikmu!
Kamu adik kami yang tak hanya cantik, tapi juga pintar!
Betul. Kamu adik kami yang cantik, pintar, dan punya kehidupan sukses!

Nania merasa lidahnya kelu. Hatinya siap memprotes. Dan kali ini dilakukannya sungguh-sungguh. Mereka tak boleh meremehkan Rafli.

Beberapa lama keempat adik dan kakak itu beradu argumen.

Tapi Rafli juga tidak jelek, Kak!
Betul. Tapi dia juga tidak ganteng kan?

Rafli juga pintar!
Tidak sepintarmu, Nania.

Rafli juga sukses, pekerjaannya lumayan. Hanya lumayan, Nania. Bukan sukses. Tidak sepertimu.

Seolah tak ada apapun yang bisa meyakinkan kakak-kakaknya, bahwa adik mereka beruntung mendapatkan suami seperti Rafli. Lagi-lagi percuma.

Lihat hidupmu, Nania. Lalu lihat Rafli! Kamu sukses, mapan, kamu bahkan tidak perlu lelaki untuk menghidupimu.

Teganya kakak-kakak Nania mengatakan itu semua. Padahal adik mereka sudah menikah dan sebentar lagi punya anak.

Ketika lima tahun pernikahan berlalu, ocehan itu tak juga berhenti. Padahal Nania dan Rafli sudah memiliki dua orang anak, satu lelaki dan satu perempuan. Keduanya menggemaskan. Rafli bekerja lebih rajin setelah mereka memiliki anak-anak. Padahal itu tidak perlu sebab gaji Nania lebih dari cukup untuk hidup senang. Tak apa, kata lelaki itu, ketika Nania memintanya untuk tidak terlalu memforsir diri. Gaji Nania cukup, maksud Nania jika digabungkan dengan gaji Abang.

Nania tak bermaksud menyinggung hati lelaki itu. Tapi dia tak perlu khawatir sebab suaminya yang berjiwa besar selalu bisa menangkap hanya maksud baik..

Sebaiknya Nania tabungkan saja, untuk jaga-jaga. Ya? Lalu dia mengelus pipi Nania dan mendaratkan kecupan lembut. Saat itu sesuatu seperti kejutan listrik menyentakkan otak dan membuat pikiran Nania cerah.

Inilah hidup yang diimpikan banyak orang. Bahagia!

Pertanyaan kenapa dia menikahi laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang amat sangat biasa, tak lagi mengusik perasaan Nania. Sebab ketika bahagia, alasan-alasan menjadi tidak penting.

Menginjak tahun ketujuh pernikahan, posisi Nania di kantor semakin gemilang, uang mengalir begitu mudah, rumah Nania besar, anak-anak pintar dan lucu, dan Nania memiliki suami terbaik di dunia. Hidup perempuan itu berada di puncak!

Bisik-bisik masih terdengar, setiap Nania dan Rafli melintas dan bergandengan mesra. Bisik orang-orang di kantor, bisik tetangga kanan dan kiri, bisik saudara-saudara Nania, bisik Papa dan Mama.

Sungguh beruntung suaminya. Istrinya cantik. Cantik ya? dan kaya!

Tak imbang!

Dulu bisik-bisik itu membuatnya frustrasi. Sekarang pun masih, tapi Nania belajar untuk bersikap cuek tidak peduli. Toh dia hidup dengan perasaan bahagia yang kian membukit dari hari ke hari.

Tahun kesepuluh pernikahan, hidup Nania masih belum bergeser dari puncak. Anak-anak semakin besar. Nania mengandung yang ketiga. Selama kurun waktu itu, tak sekalipun Rafli melukai hati Nania, atau membuat Nania menangis.

***

Bayi yang dikandung Nania tidak juga mau keluar. Sudah lewat dua minggu dari waktunya.

Plasenta kamu sudah berbintik-bintik. Sudah tua, Nania. Harus segera dikeluarkan!

Mula-mula dokter kandungan langganan Nania memasukkan sejenis obat ke dalam rahim Nania. Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga perempuan itu merasakan sakit yang teramat sangat. Jika semuanya normal, hanya dalam hitungan jam, mereka akan segera melihat si kecil.

Rafli tidak beranjak dari sisi tempat tidur Nania di rumah sakit. Hanya waktu-waktu shalat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi, dan menunaikan shalat di sisi tempat tidur. Sementara kakak-kakak serta orangtua Nania belum satu pun yang datang.

Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan, delapan jam setelah obat pertama, Nania tak menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rasa sakit dan melilit sudah dirasakan Nania per lima menit, lalu tiga menit. Tapi pembukaan berjalan lambat sekali.

Baru pembukaan satu. Belum ada perubahan, Bu. Sudah bertambah sedikit, kata seorang suster empat jam kemudian menyemaikan harapan.

Sekarang pembukaan satu lebih sedikit. Nania dan Rafli berpandangan. Mereka sepakat suster terakhir yang memeriksa memiliki sense of humor yang tinggi.

Tigapuluh jam berlalu. Nania baru pembukaan dua. Ketika pembukaan pecah, didahului keluarnya darah, mereka terlonjak bahagia sebab dulu-dulu kelahiran akan mengikuti setelah ketuban pecah. Perkiraan mereka meleset.

Masih pembukaan dua, Pak!
Rafli tercengang. Cemas. Nania tak bisa menghibur karena rasa sakit yang sudah tak sanggup lagi ditanggungnya. Kondisi perempuan itu makin payah. Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa ditelannya.

Bang?
Rafli termangu. Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan dua kehidupan.

Dokter?

Kita operasi, Nia. Bayinya mungkin terlilit tali pusar.

Mungkin?
Rafli dan Nania berpandangan. Kenapa tidak dari tadi kalau begitu? Bagaimana jika terlambat?

Mereka berpandangan, Nania berusaha mengusir kekhawatiran. Ia senang karena Rafli tidak melepaskan genggaman tangannya hingga ke pintu kamar operasi. Ia tak suka merasa sendiri lebih awal.

Pembiusan dilakukan, Nania digiring ke ruangan serba putih. Sebuah sekat ditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilan dokter-dokter itu. Sebuah lagu dimainkan. Nania merasa berada dalam perahu yang diguncang ombak. Berayun-ayun. Kesadarannya naik-turun. Terakhir, telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan-teriakan di sekitarnya, dan langkah-langkah cepat yang bergerak, sebelum kemudian dia tak sadarkan diri.

Kepanikan ada di udara. Bahkan dari luar Rafli bisa menciumnya. Bibir lelaki itu tak berhenti melafalkan zikir.

Seorang dokter keluar, Rafli dan keluarga Nania mendekat.

Pendarahan hebat!

Rafli membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah. Ada varises di mulut rahim yang tidak terdeteksi dan entah bagaimana pecah! Bayi mereka selamat, tapi Nania dalam kondisi kritis.

Mama Nania yang baru tiba, menangis. Papa termangu lama sekali. Saudara-saudara Nania menyimpan isak, sambil menenangkan orangtua mereka.

Rafli seperti berada dalam atmosfer yang berbeda. Lelaki itu tercenung beberapa saat, ada rasa cemas yang mengalir di pembuluh-pembuluh darahnya dan tak bisa dihentikan, menyebar dan meluas cepat seperti kanker.

Setelah itu adalah hari-hari penuh doa bagi Nania.

***

Sudah seminggu lebih Nania koma. Selama itu Rafli bolak-balik dari kediamannya ke rumah sakit. Ia harus membagi perhatian bagi Nania dan juga anak-anak. Terutama anggota keluarganya yang baru, si kecil. Bayi itu sungguh menakjubkan, fisiknya sangat kuat, juga daya hisapnya. Tidak sampai empat hari, mereka sudah oleh membawanya pulang.

Mama, Papa, dan ketiga saudara Nania terkadang ikut menunggui Nania di rumah sakit, sesekali mereka ke rumah dan melihat perkembangan si kecil. Walau tak banyak, mulai terjadi percakapan antara pihak keluarga Nania dengan Rafli.

Lelaki itu sungguh luar biasa. Ia nyaris tak pernah meninggalkan rumah sakit, kecuali untuk melihat anak-anak di rumah. Syukurnya pihak perusahaan tempat Rafli bekerja mengerti dan memberikan izin penuh. Toh, dedikasi Rafli terhadap kantor tidak perlu diragukan.

Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam. Dibawanya sebuah Quran kecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU. Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili mereka, melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan bercanda mesra..

Rafli percaya meskipun tidak mendengar, Nania bisa merasakan kehadirannya.

Nania, bangun, Cinta?
Kata-kata itu dibisikkannya berulang-ulang sambil mencium tangan, pipi dan kening istrinya yang cantik.

Ketika sepuluh hari berlalu, dan pihak keluarga mulai pesimis dan berfikir untuk pasrah, Rafli masih berjuang. Datang setiap hari ke rumah sakit, mengaji dekat Nania sambil menggenggam tangan istrinya mesra. Kadang lelaki itu membawakan buku-buku kesukaan Nania ke rumah sakit dan membacanya dengan suara pelan. Memberikan tambahan di bagian ini dan itu.
Sambil tak bosan-bosannya berbisik,

Nania, bangun, Cinta?
Malam-malam penantian dilewatkan Rafli dalam sujud dan permohonan. Asalkan Nania sadar, yang lain tak jadi soal. Asalkan dia bisa melihat lagi cahaya di mata kekasihnya, senyum di bibir Nania, semua yang menjadi sumber semangat bagi orang-orang di sekitarnya, bagi Rafli.

Rumah mereka tak sama tanpa kehadiran Nania. Anak-anak merindukan ibunya. Di luar itu Rafli tak memedulikan yang lain, tidak wajahnya yang lama tak bercukur, atau badannya yang semakin kurus akibat sering lupa makan.

Ia ingin melihat Nania lagi dan semua antusias perempuan itu di mata, gerak bibir, kernyitan kening, serta gerakan-gerakan kecil lain di wajahnya yang cantik. Nania sudah tidur terlalu lama.

Pada hari ketigapuluh tujuh doa Rafli terjawab. Nania sadar dan wajah penat Rafli adalah yang pertama ditangkap matanya.

Seakan telah begitu lama. Rafli menangis, menggenggam tangan Nania dan mendekapkannya ke dadanya, mengucapkan syukur berulang-ulang dengan airmata yang meleleh.

Asalkan Nania sadar, semua tak penting lagi.

Rafli membuktikan kata-kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa. Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat Nania selama sebelas tahun terakhir. Memandikan dan menyuapi Nania, lalu mengantar anak-anak ke sekolah satu per satu. Setiap sore setelah pulang kantor, lelaki itu cepat-cepat menuju rumah dan menggendong Nania ke teras, melihat senja datang sambil memangku Nania seperti remaja belasan tahun yang sedang jatuh cinta.

Ketika malam Rafli mendandani Nania agar cantik sebelum tidur. Membersihkan wajah pucat perempuan cantik itu, memakaikannya gaun tidur. Ia ingin Nania selalu merasa cantik. Meski seringkali Nania mengatakan itu tak perlu. Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh?

Tapi Rafli dengan upayanya yang terus-menerus dan tak kenal lelah selalu meyakinkan Nania, membuatnya pelan-pelan percaya bahwa dialah perempuan paling cantik dan sempurna di dunia. Setidaknya di mata Rafli.

Setiap hari Minggu Rafli mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan keluar. Selama itu pula dia selalu menyertakan Nania. Belanja, makan di restoran, nonton bioskop, rekreasi ke manapun Nania harus ikut. Anak-anak, seperti juga Rafli, melakukan hal yang sama, selalu melibatkan Nania. Begitu bertahun-tahun.

Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih-lebih pada Rafli yang berkeringat mendorong kursi roda Nania ke sana kemari. Masih dengan senyum hangat di antara wajahnya yang bermanik keringat.

Lalu berangsur Nania menyadari, mereka, orang-orang yang ditemuinya di jalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Nania tak puas hanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semua berbisik-bisik.

Baik banget suaminya!
Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua!

Nania beruntung!
Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya.

Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminya memandang penuh cinta. Sedikit pun tak pernah bermuka masam!

Bisik-bisik serupa juga lahir dari kakaknya yang tiga orang, Papa dan Mama.

Bisik-bisik yang serupa dengungan dan sempat membuat Nania makin frustrasi, merasa tak berani, merasa?

Tapi dia salah. Sangat salah. Nania menyadari itu kemudian. Orang-orang di luar mereka memang tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalu begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi?

Dari teras Nania menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayah mereka.. Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan.

Ya. Duapuluh dua tahun pernikahan. Nania menghitung-hitung semua, anak-anak yang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan yang lebih dari yang bisa dia syukuri. Meski tubuhnya tak berfungsi sempurna. Meski kecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah direbut takdir dari tangannya.

Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa yang tak pernah berubah, untuk Nania........


Wassalam,
Aris Krisna Munandar Husein

PRIA BERUNTUNG JIKA MEMPEROLEH-nya.....??

Diposting oleh ARIS KRISNA MUNANDAR

Jawabnya adalah jika ia memperoleh wanita sholehah... thatwhy Ingat-ingatlah, Wahai Wanita Sholehah !!…

Menjadi figur wanita sholehah tidaklah mudah. Apalagi di saat kondisi zaman telah sedemikian akutnya dalam ‘mengekspos’ kehidupan wanita. Berbagai kemewahan, mode, dan gaya hidup ditawarkan pada wanita tanpa henti. Sehingga tak jarang wanita yang mengaku sebagai muslimah, lalai akan jati diri yang sebenarnya. Lahiriahnya seperti muslimah, namun jiwanya sedikit demi sedikit telah menyimpang dari fitrah sebagai wanita shalehah.

Sholehah memang bukan label jadi. Sholehah merupakan proses bagi wanita muslimah untuk senantiasa istiqomah menjaga fitrahnya. Untuk meraih predikat shalehah, muslimah haruslah terus dan terus belajar membenahi diri. Tentunya dengan selalu mengkaji tuntunan-tuntunan dari Allah, Rasul, dan teladan-teladan yang telah banyak dicontohkan oleh para shahabiyah. Untaian dasar-dasar dinul Islam berikut ini dapat membantu para muslimah agar senantiasa di dalam bingkai “shalehah”. Muslimah hendaknya selalu mengingat, bahwa :

Wanita yang shalehah ialah yang ta’at kepada allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka. (QS. 4:34)
Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Rabbnya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang ta’at, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadah, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan. (QS. 66:5)
“Apa yang dicari seorang mukmin setelah taqwa kepada Allah tidak lebih baik dari seroang wanita yang sholeh, apabila diperintah ia menta’atinya, apabila dipandang sangat menyenangkannya, apabila disumpah ia melaksanakannya dengan jujur, dan apabila ditinggal pergi ia menjaga dirinya dan harta suaminya.” (HR. Ibnu Majah dari Abu Umamah ra.)
Berkata Umar bin Khoththob ra. Dalam atsarnya : Tidak ada pemberian yang lebih baik kepada seseorang setelah pemberian Iman kecuali wanita yang sholehah.
Anas bin Malik ra. Berkata bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda : “Barangsiapa yang dikaruniai seorang istri yang sholehah, berarti dia telah membantunya menyempurnakan setengah dari Ad-Diennya. Maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allah pada setengah lainnya”. (HR. Tabrany, Hakim dan Baihaqi)
Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dari Tsauban, Dia berkata: “Ketika turun ayat: “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah…” Kami sedang dalam perjalanan bersama Rasulullah SAW, seorang Shahabat berkata: “Firman Allah tersebut menyinggung tentang emas. Kalau saja kami tahu harta apakah yang paling baik niscaya kami akan mengambil dan akan menyimpannya.” Mendengar itu Rasulullah SAW bersabda: “Harta yang paling baik ialah lisan yang berdzikir, hati yang bersyukur, dan seorang isteri yang beriman yang membantu memperkuat keimanan suaminya.” (HR. Tirmidzi dan menurutnya hadits tersebut hasan).

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang shalehah.” (HR. Muslim)
“Maukah aku beritahukan kepadamu tentang sebaik-baik harta pusaka seseorang? Yaitu wanita shalehah yang menyenangkan jika dipandang, yang taat padanya jika disuruh, yang bisa menjaganya jika ditinggal pergi.” (HR. Abu Daud dan al-Hakim dari Umar ra.)
Abdurrahman bin Abza berkata: “Allah berfirman kepada Nabi Dawud as.: “Dan ketahuilah bahwa istri yang shalehah bagi suaminya bagaikan raja yang bermahkotakan emas, tiap ia melihatnya menyenangkan hatinya, sebaliknya wanita yang jelek akhlaknya terhadap suaminya bagaikan tanggungan yang berat terhadap orang yang tua.”
Abu Sulaiman ad-Darani mengatakan: “Seorang istri shalehah bukanlah termasuk bagian dunia karena dia telah memberimu peluang keluluasaan untuk urusan akhirat, yakni dengan membantu mengatur rumahtanggamu sekaligus memenuhi kebutuhan batinmu.!!


Wassalam,
Aris Krisna Munandar Husein

SATU MENIT

Diposting oleh ARIS KRISNA MUNANDAR

Satu menit? Sepertinya tak bermakna, mungkin karena tak berasa. Lewat begitu saja. Hanya enam puluh ketukan, jika satu ketukan itu bernilai satu detik. Benar-benar tak terasa, hingga akhirnya tak dimaknai. Seringkali kumpulan menit itu kita perlakukan seperti air, mengalir begitu saja. Tanpa kita berikan arah, tanpa kita tetapkan tempat berakhir. Mengalir, mengalir dan mengalir…

Seringkali himpunan menit itu kita perlakukan seperti gelas, kita isi dan nikmati tanpa kita sadari khasiat dari isi gelas itu sendiri. Yang penting lezat, segar dan mengusir rasa haus kita.

Padahal satu menit, enam puluh ketukan itu bisa membawa kita kepada dua pilihan tempat berakhir. Keindahan atau kepedihan. Karena enam puluh ketukan itu ternyata bernilai, sangat bernilai dimata Sang Pemilik waktu, Sang Maha Penghenti waktu. Karena satu menit itu tak pernah luput dari penglihatan dan pengawasan Sang Maha Bijak, Sang Maha Pemberi ganjaran. Karena satu menit itu memiliki arti bagiNya, atas keputusan yang ditetapkan untuk kita.
Dia akan menghargai satu menit yang dimiliki dalam hidup ini dengan berlipat penghargaan yang tak terbayangkan oleh kita. Karena Dia-lah sebaik-baiknya pemberi penghargaan bagi manusia yang tak pernah lelah mencari perhatianNya.

Satu menit saja, tak lebih, dapat bermakna, jika kita mau. Satu menit saja, hanya satu menit, dapat bernilai, jika kita tahu. Karenanya satu menit itu tak layak kita buang.

Dalam satu menit, kita bisa melakukan banyak kebaikan dan kebahagiaan. Dalam satu menit kita bisa mendendangkan al-Faatihah dengan penuh cinta sebanyak tiga kali. Hanya tiga kali memang, tapi menurut orang-orang bijak, dengan membaca al-Faatihah satu kali saja, Allah memberikan 600 kebaikan. Dalam satu menit, kita dapat membisikkan surat al Ikhlaas dua puluh kali, tak perlu bersuara, hanya berbisik. Allah menilai bisikan penuh makna itu sama seperti kita membaca sepertiga kitabNya.

Dalam enam puluh ketukan itu, kita bisa membaca sedikit saja ayat-ayat dari kalimatNya yang dirangkai dalam Al Qur’an. Dalam satu menit itu, kita bisa mencoba menghafal ayat-ayatNya untuk senantiasa mengingatnya dan mengiri langkah-langkah kita.

Dalam satu menit, kita bisa mengaturkan dzikir, Laa ilaaha illallaah wahdahu laa shariikalah,lahu'l-mulk wa lahu'l-hamd wa huwa 'ala kulli shay'in qodiir. Dalam satu menit kita bisa mengirimkan puji Subhaanallaahi wa bi hamdihi sebanyak seratus kali. Allah akan mengampuni dosa-dosa kita meski dosa itu sebanyak buih di lautan.

Dalam satu menit kita bisa membalas cintaNya dengan mengucap Subhaan allaahi wa bi hamdihi Subhaanallaahil-'Aziim sebanyak lima puluh kali. Allah mencintai manusia yang mengucapkan dua kata ini dari bibirnya, demikian yang tertulis dalam hadits riwayat Bukhari Muslim. Rasul berkata, “Saat aku mengucapkan 'Subhaanallaah, wa'l-hamdu Lillah, wa laa ilaah ill-Allaah, wa Allaahu Akbar (Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, Tiada tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar), maka cintaNya berhamburan untukku (hadits riwayat Muslim). Dalam satu menit, kita dapat mengucapkan itu sebanyak delapan belas kali. Karena kata-kata ini senantiasa dicintaiNya, kata-kata terbaik penuh dengan makna.

Dalam satu menit, kita bisa menyatakan Tidak ada kekuatan dan kekuasaan selain milikNya, Laa hawla wa laa quwwata illa Billaah. Kata-kata ini adalah satu dari kekayaan dari surga, seperti yang tercantum dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari-Muslim. Kata kata ini membuat Allah mengangkat kesulitan yang ada dan membantu kita meraih yang kita inginkan.

Dalam satu menit, kita bisa menegaskan kembali pernyataan kita terdahulu, sebelum kita lahir ke dunia ini, Laa ilaaha ill-Allaah sebanyak lima puluh kali. Ini adalah kata-kata terbesar milikNya. Karena dengan memaknai kata-kata ini dalam hati, sudah cukup bukti bahwa kita mengakui keberadaanNya.

Dalam enam puluh ketukan kita bisa membaca Subhaanallaah wa bi hamdih, 'adada khalqihi, wa ridaa nafsihi, wazinata 'arshihi, wa midaada kalimaatihi (Maha suci Allah, sebanyak apa yang diciptakanNya, sebanyak keridhoanNya, seberat Arasy-Nya dan sebanyak tinta kata-kataNya).

Dalam satu menit, kita dapat memohon ampunanNya dengan membaca Astaghfir-Allaah sebanyak seratus kali. Dengan kesadaran sepenuhnya atas berjuta dosa yang kita lakukan. Dalam satu menit, kita dapat mengirim doa untuk junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw, dengan mengucap Sallallaahu 'alayhi wasallam (Semoga Allah memberkati dan memberinya kedamaian). Dengan doa itu Allah akan memberikan lima ratus kebaikan.

Dalam satu menit, kita bisa memotivasi hati kita dengan menghaturkan terima kasih padaNya, MencntaiNya, hanya berharap padaNya, takut atasNya, dan tetap melanjutkan hidup hanya karenaNya. Ini bisa kita lakukan saat kita merebahkan tubuh kita untuk beristirahat atau mungkin saat kita berjalan menuju suatu tempat.

Dalam satu menit, kita bisa membaca lebih dari dua halaman dari buku yang bermanfaat bagi kita, dan membuat kita lebih memaknai hidup. Dalam satu menit, kita bisa mencurahkan kerinduan, berbincang dengan teman lama yang terikat karena cinta Allah. Dalam satu menit kita bisa menengadahkan tangan dan memanjatkan doa atas apa yang kita harapkan bagi diri ini.

Dalam satu menit kita bisa mengucapkan salam, mendoakan orang lain atas keselamatannya. Dalam satu menit kita bisa sedikit merenung, mengusir bisikan setan yang senantiasa tak pernah bosan mengganggu kita untuk berpaling dariNya.

Dalam satu menit kita bisa menikmati sesuatu dengan penuh rasa syukur, bahwa kita masih punya waktu menikmatinya. Dalam satu menit kita bisa memberikan kata-kata berharga bagi saudara kita, sekedar saling mengingatkan ke-alfaannya, menunaikan haknya untuk selalu diingatkan. Dalam satu menit kita bisa membuang sesuatu yang berbahaya ditengah jalan. Hanya satu menit, dan semoga berarti bagiNya


Wassalam,
Aris Krisna Munandar Husein

BIDADARI ITU TELAH TURUN KE BUMI

Diposting oleh ARIS KRISNA MUNANDAR

Mengisahkan tentang bidadari-bidadari surga. Bidadari-bidadari itu adalah wanita suci yang menyenangkan dipandang mata, menyejukkan dilihat, dan menentramkan hati setiap pemiliknya. Rupanya cantik jelita, kulitnya mulus. Ia memiliki akhlak yang paling baik, perawan, kaya akan cinta dan umurnya sebaya.

Siapakah yang orang yang beruntung mendapatkannya ?

Siapa lagi kalau bukan orang-orang yang syahid karena berjihad di jalan Allah, orang-orang yang tulus dan ikhlas membela agama Allah. Sebagian kita mungkin berfikir, kapan kita berjumpa dengan bidadari-bidadari itu, apakah ia akan kita miliki, adakah ia sedikit diantara mereka mendiami bumi sekarang ini?

Bidadari-bidadari itu telah turun ke bumi. Semenjak Islam mulai bangkit lagi di bumi ini. Bidadari-bidadari itu menghias diri setiap hari. Dia berwujud manusia yang berhati lembut, dipandang mata, menyejukkan dilihat, menentramkan hati setiap pemiliknya. Dialah wanita sholehah yang menjaga kesucian dirinya.

Seperti apakah bidadari bumi itu?

Pertama
Ia adalah wanita yang paling taat kepada Allah. Ia senantiasa menyerahkan segala urusan hidupnya kepada hukum dan syariat Allah.

Kedua
Ia menjadikan Al-Quran dan Al-Hadis sebagai sumber hukum dalam mengatur seluruh aspek kehidupannya.

Ketiga

Ibadahnya baik dan memiliki akhlak serta budi pekerti yang mulia. Tidak hobi berdusta, bergunjing dan riya.

Keempat
Berbuat baik dan berbakti kepada orang tuanya. Ia senantiasa mendoakan orang tuanya, menghormati mereka, menjaga dan melindungi keduanya.

Kelima
Ia taat kepada suaminya. Menjaga harta suaminya mendidik anak-anaknya dengan kehidupan yang islami. Jika dilihat menyenangakan, bila dipandang menyejukkan, dan menentramkan bila berada didekatnya. Hati akan tenang bila meninggalkanya pergi. Ia melayani suaminya dengan baik, berhias hanya untuk suaminya, pandai membangkitkan dan memotifasi suaminya untuk berjuang membela agama Allah.

Keenam
Ia tidak bermewah-mewah dengan dunia, tawadhu bersikap sederhana. Kesabarannya luar biasa atas janji-janji Allah, ia tidak berhenti belajar untuk bekal hidupnya.

Ketujuh
Ia bermanfaat dilingkungannya. Pengabdianya kepada masyarakat dan agama sangat besar. Ia menyeru manusia kepada Allah dengan kedua tangan dan lisannya yang lembut, hatinya yang bersih, akalnya yang cerdas dan dengan hartanya.

"Dan dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholehah". (HR. Muslim)

Dialah bidadari bumi, dialah wanita sholihah yang keberadaan dirinya lebih baik dan berarti dari seluruh isi alam ini.

Ya Allah, jadikanlah aku orang yang senantiasa dikelilingi oleh bidadari-bidadari bumi. Agar kelak di syurga aku tidak canggung lagi.